Gubraaak!! "Gendon bangun ndon..!!" teriak Jupri
Aku yang lagi asyik ngiler melompat kaget "Et dah! Ada apa'an sih Pri? Pagi pagi udah kayak ayam mao betelor?"
"itu bidadarimu si Dakem lewat depan rumah" bisik Jupri
"Hah yang bener?!" aku melompat dari kasur segera lari ke kamar mandi buat ngelap belek ma iler biar kliatan ganteng dihadapan sang pujaan hati Nimas Roro Dakem, hehe..PD aja lagi!
Setelah beres ngilangin belek ma iler pake biore Mens Scrub aku duduk diteras rumah
"Mana pri" tanyaku
"Tadi udah lewat kita tunggu aja baliknya" jawabnya cuek sambil ngebenerin tali kolornya
Beberapa menit berselang akhirnya yang ditunggu nongol juga, dari kejauhan tampak mengkilat jidat sang cewek pujaan hati, hatiku jadi degdeg ser kayak kena sindrom sinden tarling
Sesaat lidahku jadi kelu, Dakem mendekat tenggorokanku tambah tercekat, ah..daripada mubazir aku sudah berkorban merelakan mimpi indahku terputus, kuberanikan diri untuk menyapanya
" ehm..pagi Nimas.. dari mana nih, abis lari pagi ya ?" tanyaku asal njeplak yang penting ada obrolan
"ah nggak kok cuma abis belanja sayuran" sahutnya sambil senyum,
duh...manis banget cengirannya hikhik..Mataku jadi berkunang-kunang, eit..apa karena belum sarapan kali ya?
"boleh gak abang anterin?"
"ah ndak usah mas deket koq" tukasnya halus,matanya melirik kearahku .. ih aku jadi geregetan
"hati hati ya Kem, kalo dikejar anjing kesini aja, nih ada pawangnya, kang Gendon hahahaha " tiba-tiba Jupri nyeletuk
"iya makasih, qiqiqi..mas Jupri bisa aja " Dakem menjawab dengan tersenyum-senyum
"brengsek lo pri nyamber aja kayak petir " gerutuku
Dan si Dakem pun berlalu, kuhanya mampu memandanginya sampai ujung jalan dan menghilang di tikungan.
hm..aku jadi garuk-garuk kepala, oh dakem..lenggak-lenggok jalanmu dan goyang pinggulmu amboi...menimbulkan gelombang tsunami dihatiku, meluluh-lantakkan perasaanku, menerjang mata hatiku hingga tak mampu berfikir apakah ia juga mempunyai perasaan yang sama denganku
aah...kutepis semua rasa yang berkecamuk di dadaku kumuntahkan semuanya, aku tak mau membayangkan soal itu, kuhanya bisa membayangkan betapa indahnya jika bisa mendapatkan cintanya
Sudah sekian lama aku memedam rasa cinta ini namun untuk mengutarakannya aku tak punya cukup keberanian
Sejak dari masih sama-sama duduk dibangku sekolah ku hanya bisa mengaguminya saja. Krisis kepercayaan dirilah yang membuatku melewatkan begitu saja kesempatan saat-saat berdua dengannya
Sesaat aku termenung kembali ke pertanyaan semula, bisakah aku meraih cintanya? ini tidak mudah buatku, aku tau cewek secantik dia banyak yang naksir dan banyak saingan tentunya. Terutama si Dewo anak pak Lurah yang sudah terang-terangan meminta ayahnya untuk melamar primadona desa anak juragan kedele ini, Hm..jelas kalah saing nih aku
huuft.. Aku jadi merutuk nasibku ini menyalahkan takdirku, mengapa aku terlahir kurang beruntung?
Tampang pas pasan duit kagak gablek, untungnya masih idup!
Aah.. apakah mungkin semua gadis memandang cowok dari fisik dan materi? Termasuk dakem ? Aku jadi pusing memikirkan hal ini, masa bodo ah gimana nanti aja pikirku.
"Heh nglamun aja lo, mancing yuk " suara Jupri menbuyarkan lamunanku
" males ah " jawabku lemah
"ceileeh..baru gitu aja, udah kayak ayam kena telo" olok supri
"tau begini nggak aku kasih tau tadi"
"jangan ngledek deh! Belum penah makan kolak sendal jepit ya " ujarku sewot
"hahahaha..payah, makanya kalo naksir jangan diem aja, tembak dong jadi nggak penasaran , nggak uring-uringan gitu "
begini maksudnya, cinta itu harus diungkapkan soal diterima atau tidak itu soal nanti, yang penting dia tau perasaanmu dulu" kata Jupri sok bijak
"kalo dia nolak?" tanyaku penasaran
"kalo ditolak ya udah cari cewek lain dong, dunia ini luas cewek bukan cuma sidakem kok" jawabnya enteng
"hm..susah deh ngomong ama robot, nggak punya perasaan" sungutku sambil beranjak pergi,
jupri cuma cengar-cengir melihatku yang senewen.
Hm..bener juga ucapan si Jupri tadi, aku harus mengungkapkan isi hati ini, jika memang dia menolakku maka aku harus terima itu, agar semuanya menjadi jelas, tidak seperti punguk merindukan bulan, mungkin akan sakit tapi itu lebih baik, daripada nanti mungkin akan lebih sakit lagi, lebih baik sekarang, ya aku harus terima semua resiko, tapi gimana caranya? uh otakku buntu
ah aku minta tolong Jupri aja deh buat atur strategi dia kan dekat sama keluarganya dan ceweknya juga teman akrabnya dakem
Aku balik lagi menghampiri Jupri
"pri? Bisa tolongin gue gak?"
"tolongin apa?"
"mm..anu.. kamu kan deket sama keluaganya Dakem...." belum selesai aku ngomong Jupri memotong
"oh..aku tau maksudmu, itu yang mau aku omongin tadi, kamu sih udah senewen duluan, tenang aja deh nanti aku atur " imbuhnya
"Aku punya rencana bagus, besok minggu aku mo jalan sama cewekku tini, nanti aku ajak sekalian dakem kita ketemuan dipantai Purwahamba Indah, di taman tempat biasa kita nongkrong, gimana setuju?"
"oke mantaaf bro, hehe..kamu emang sahabatku yang paling baik bro, makasih ya" sambutku senang
"udah deh jangan lebay, jijay gue, sono mandi dulu"
"hehehe...aku ternyum puas, seraya ngeloyor pergi ke kamar mandi
Hari minggu yang di nantikan pun tiba, HP jadulku berbunyi..tut..tuuut...tuuuut.., ah pasti itu si Jupri semoga kabar baik dan sesuai rencana
Dan ternyata benar setelah kuangkat teleponnya dari seberang sana Jupri mengabarkan aku untuk segera berangkat
"ndon buruan aku udah mau jalan nih" kata Supri
"ya ok bro aku mandi dulu ya" kataku mengakhiri obrolan
Aku segera mandi lalu berdandan serapi mungkin, pake minyak nyongnyong biar wangi menebarkan aroma jantan haha...nyambung gak sih?
ah beres sudah aku dandan kuperiksa isi dompetku, hm..cukuplah buat ongkos sama traktir bakso bidadariku, ayaaam caming..langsung aku melejit menuju target (ceileeh..kaya buser aja)
sesampainya dipantai rupanya mereka sudah menunggu disana, segera aku hampiri mereka, bersalaman, dan sedikit grogi aku menyalami dakem
"hehe..dah lama?" tanyaku membuka obrolan walau terasa garing
"yah udah setengah jam sih" jawabnya datar
"duh..aku kok jadi kikuk begini sih" bathinku
untung ada Jupri dan Tini yang segera mencairkan keadaan. Dengan banyolan mereka suasana menjadi segar dan meriah penuh canda tawa.
Tak terasa satu jam berlalu dan sepertinya ini memang sudah diatur jupri dan tini, mereka pamit untuk jalan-jalan melihat sekeliling seakan memberi ruang kepadaku untuk ngobrol dengan Dakem.
"Gendon , Dakem aku aku jalan dulu ya, nanti sore kalo mo pulang bareng aku tunggu di pos depan ya, tapi telpon dulu ya, Gendon tolong jagain Dakem, jangan di apa-apain yah hehe.. yuk aku cabut dulu" pamit si Jupri setengah bercanda
"ok tenang aja bro, ya udah jangan kesorean yah pulangnya" tukasku
"yoi" dan mereka ngeloyor pergi meninggalkan aku berdua dengan Dakem
Suasana kembali kaku saling berdiam diri, hatiku bergemuruh entah apa yang harus kulakukan serba salah, aku ragu. kata-kata yang sudah kurancang semalaman musnah seketika.
aku menengadahkan wajah kelangit, angin bertiup kencang, awan kelabu menyelimuti langit senja dipantai purwahamba, seakan mewakili perasaanku saat ini
"Hm.." aku bergumam lirih
"kem?" akhirnya suaraku memecah kesunyian
"apa" sahut dakem sambil melirik kearahku
"hehe...sambil garuk kepala, aku boleh ngomong nggak?"
"boleh, emang mo ngomong apa?"
"mmm...apa yah..." aku ragu
"Ngomong aja mas, ada apa sih?"Dakem sedikit penasaran
Sejenak aku terdiam, dengan suara berat aku berkata"aku naksir kamu boleh ga?"
"Hah..maksudnya?"
duh..telmi amat sih, apa pura-pura ga tau
"Aku cinta kamu nimas. Aku suka kamu sejak lama tapi baru sekarang aku berani mengatakanya"
"aduh gimana ya mas, aku....."
"Hm..ya udah nggak usah diterusin aku sudah tau koq jawabannya"
"bukan begitu mas Gendon..."
"iya aku tau maksudmu, kamu nggak bisa jawab sekarang kan?"
"heem.." dia pun terdiam
"Kamu nggak usah khawatir nimas, kamu tidak perlu menjawab apapun, cintaku tak memerlukan jawaban darimu aku hanya ingin kamu tau kalau aku mencintaimu, itu saja tak lebih,
aku bukan siapa-siapa buatmu
Aku sadar cinta tak harus memiliki
Walaupun itu terdengar sangat naif,
walaupun kamu menolak cintaku aku nggak akan marah atau benci padamu, dengan melihatmu tersenyum pun aku sudah bahagia, aku akan tetap slalu mengagumimu nimas,
Dakem hanya tertunduk diam..tak berkata sepatahpun. Aku jadi merasa gak enak hati
"aku minta maaf nimas sudah membuatmu nggak nyaman "
"Nggak papa"
sahutnya lirih hampir tak terdengar
"hm..terimakasih Nimas, ya sudah kita pulang aja, hari sudah sore sebentar lagi hujan " kataku sambil ku ulurkan tanganku dan dia pun menyambutnya
Dan kami segera beranjak meninggalkan pantai, langit mulai gelap, gerimis pun turun membasahi tubuh kami, kulangkahkan kakiku iringi langkahnya, ku menoleh kebelakang, pada sebuah bangku disudut taman, yah... disitulah saksi bisu sekaligus tuli, sejarah baruku terukir.
sejarah baru untuk tidak menjadi seorang pengecut, tidak seperti yang selama ini aku lakukan, seorang yang takut akan kegagalan, padahal kegagalan bukanlah akhir dari segalanya. ini hanya soal waktu, suatu saat impianku bisa kuraih, dan aku percaya waktu bisa merubah segalanya
hahaha hemmm ok jg
BalasHapusHaha..makasih tien, apanya yg kurang tien? Maklum pemula
BalasHapus