Angin sore berhembus dengan lembut, menambah segarnya udara Pantai Kuta. Suara denting gitar yang kupetik memecahkan keheningan pantai. Suara debur ombak bagai musik pengiring setiap melody yang ku mainkan.
Suasana Kuta hari ini tak seramai biasanya, entahlah mungkin karena ada konser musik di alun-alun kota.
Sedang asyik dengan gitar dan musik hatiku, aku dikejutkan dengan suara seorang lelaki asing yang menyapaku..
“Hi, how do you do?, may I join you?” ucap pria ganteng berkulit putih itu.
“Hi, Sure..” jawabku sambil tersenyum kearahnya.
“It was a wonderfull evening that I can spend with a sweet girl like you” Ucap pria itu setengah menggoda ku.
Aku hanya tersenyum ke arahnya dan kembali menghanyutkan diri dengan alunan gitarku, lagu milik m2m “The Day You Went Away” telah slesai ku mainkan. Yahhh mungkin aku gak akan lupa hari itu, hari dimana pacar ku “Ben” mutusin aku di salah satu pojok pantai Kuta ini.
“Ahhh… semua tlah berlalu, dia tlah pergi dari hidupku dan takan mungkin kembali lagi” Aku bergumam dalam hati, dan menarik nafas berat.
Hari beranjak malam, aku berdiri dari duduk ku dan berpamitan pada pria itu..
“I have to go home now, thank’s for join me” aku berkata sambil menoleh kearah nya..
“ohhh… so early, I still enjoying to listen your guitar” jawabnya dengan menatapku
“haha may be next time, ohhh Im Sonia, nice to meet you” ucapku sambil berlalu, sebelum dia memanggilku kembali.
“emmm wait, Sonia, Im Jack, I really wish to meet you again. Could you please call me if you have time. Here is my name card.” Jack memberikan kartu nama nya padaku.
“Thank’s, I’ll call you when I have time, bye.” Dan aku pun berlalu meninggalkan Jack yang masih duduk di tempatnya semula.
Bias sinar mentari yang mulai tenggelam meninggalkan rona merah di kaki langit, kegelapan mulai menyelimuti pantai yang aku tinggalkan, aku terus berjalan menelusuri jalan raya yang mulai ramai oleh pedagang jajan yang biasa beroperasi dimalam hari.
**************************
Malam ini aku ada pentas menari di Bali Resort Hotel, jam delapan tepat sopir hotel sudah menjemput aku dirumahku, aku keluar dengan mengenakan kaos oblong warna biru, dipadu dengan jeans warna biru kusam. Aku biarkan wajahku polos tanpa make up.
Jam 8.20 aku telah tiba diruang rias hotel, aku segera ganti bajuku dan merias wajahku dengan sentuhan warna-warna natural, aku tak suka kelihatan norak dengan warna menyolok. Malam ini ada tamu khusus dari Timor leste yang bertamu di hotel ini, dan aku harus tampil dengan baik.
Sesaat setelah lampu ruangan diredupkan, dan lampu sorot menyinari panggung yang berada diujung ruangan, aku dengan pakaian serba mini yang membalut tubuhku berjalan dengan tenang ketengah-tengah pentas, yahhh sudah ratusan kali aku menari disini, jadi tak ada rasa canggung dihatiku.
Musik mulai mengalun, dan aku mulai meliuk2 mengikuti iramanya, beberapa pria mabuk kadang ikut naik ke pentas dan menari bersamaku, kadang meraba tubuhku tanpa aku pedulikan. Semua mata tertuju padaku, dan terhanyut dalam irama musik dan liukan tubuhku, dipojok kanan ku lihat bos ku tersenyum puas dengan penampilanku.
Akhirnya tugasku slesai juga, aku kembali keruang rias untuk berganti pakaian, saat itu bosku menghampiriku.
“wow… great sonia, kamu hebat. Penampilan kamu hari ini sungguh memukau” ucap bos ku sambil merangkul pundak ku.
“That is my job. Hemmmm pasti ada maunya nich muji-muji” timpal ku
“Ha ha you selalu tau yang ku mau, kamu belum mau pulang kan? Ada yang ingin ketemu kamu malam ini… cowok ganteng, tajir lagi. Kamu gak bakal nyesel nia.”
“Okey, tapi aku pengen mandi dulu. Dimana aku harus ketemu dia?” Aku menyanggupi.
“Good girl. Di kamar 203, gak pakai lama yak? Daaahhhh” bos ku segera berlalu
Aku segera menuju kamar mandi untuk membersihkan badan ku dan kembali mengganti baju ku dan berhias seperlunya. Lalu aku segera berjalan ke kamar 203 yang dimaksud bos ku.
Seorang laki-laki muda membukakan pintu untuk ku, dan mempersilahkan aku untuk masuk.
“Nona Sonia? Silahkan masuk, bos saya sudah menunggu didalam.” Ucap nya ramah mempersilahkan aku masuk.
“Makasih…” Tanpa canggung aku masuk kedalam kamar dan duduk di sofa, menunggu orang yang dimaksud Boss ku.
Setelah kurang lebih 5 menit aku duduk, aku dikejutkan oleh suara laki-laki yang memanggil ku dengan suara yang teramat sangat aku kenal.
“Nia…” Suara itu bergetar memanggil ku.
Aku berdiri dari dudukku dan berpaling kearah asal suara itu. Dan aku tercengang melihat siapa yang memanggil namaku.
“Ben… is that you?” Tanya ku setengah tak percaya.
“Ya nia, ini aku… aku datang untuk mu” Ben perlahan menghampiriku, dan memelukku.
Kami saling berpelukan dan larut dalam tangisan, saling melepaskan segala gejolak rasa rindu didada.
“Kamu jahat ben, kenapa kamu tinggalkan aku sendiri, lihat apa yang terjadi padaku? Lihat, semua karena kamu..” Aku menangis sambil memukul-mukul dada Ben.
“Maafin aku Nia, aku tak ada maksud menyakitimu, semua demi kita juga, aku datang untuk membawa mu ke Timor, lalu kita menikah disana. Aku janji Nia.” Ben semakin erat memelukku.
Alunan musik lembut membuai dua jiwa yang dirundung rindu, semakin hanyut dalam pelukan malam yang pekat, semakin membara cinta didada kedua insan yang dimabuk asmara. Selimut putih yang jadi saksi kedua rindu yang tercurahkan.
****************************
Sinar mentari menerobos masuk lewat jendela kamar hotel, aku terbangun oleh sinarnya yang menyilaukan mata, Ben sudah tak ada lagi disisiku, aku bangun dan melihat sepucuk surat tergeletak dimeja, disebelahnya ada sebuah kotak perhiasan warna biru, dan sebuah hand phone, aku buka sampul surat itu dan mulai membaca bait demi bait tulisan tangan Ben.
“Dear Nia ku sayang…”
Nia, maafin aku, pagi ini aku buru-buru harus kembali ke Timor, ada tugas penting yang harus aku selesaikan, aku sudah menyuruh asisten ku untuk mempersiapkan keberangkatan mu untuk menyusul ku esok siang, tadi aku liat kamu tidur dengan pulasnya, so aku gak tega untuk membangunkan kamu.
Nia, aku cinta kamu, aku ingin suatu hari nanti kamu akan jadi pendamping dalam hidupku, oh ya.. dulu aku pernah berjanji padamu akan beliin kamu kalung berlian, aku sudah mampu membelinya untuk mu, sebagai tanda sayangku padamu. Dan hpnya aku dah isi dengan nomer khusus agar aku lebih mudah menghubungimu.
Sampai ketemu diTimor sayang, segera mandi dan pulang kerumahmu, lalu berkemas, masalah dengan bos mu sudah aku selesaikan. See you hunny.
“Ben”
Aku melipat kembali surat itu dengan hati berbunga-bunga, dan segera mandi lalu bersiap hendak pulang kerumah.
Sebelum sempat aku beranjak, tiba-tiba bel kamar berbunyi, aku segera membuka pintu. Dan aku terkejut saat aku buka pintu ternyata yang dating adalah Jack, pria asing yang bertemu dipantai waktu itu.
“Sonia, you still ingat aku? Tanya jack.
“Ya, aku ingat, kamu yang waktu itu jumpa dengan ku di pantai Kuta bukan?”
“Betul, nia… sebenarnya waktu itu memang Ben yang menyuruhku mencari informasi tentang keberadaanmu. Dia sudah hampir putus asa mencarimu.” Jack terdiam sebelum akhirnya melanjutkan ucapan nya.
“Nia, kamu harus tabah, kalau aku katakana yang sebenarnya terjadi pada Ben, emmmmm.. “
“Ben kenapa?” Aku tak sabar menunggu Jack melanjutkan ucapannya.
“Pesawat pribadi yang ditumpangi Ben tadi pagi meledak Nia dan tak ada satupun penumpang yang terselamatkan termasuk Ben.” Ucapan terakhir Jack serasa bagai petir yang menyambar tubuhku.
Tiba-tiba aku rasakan bumi menjadi gelap, lantai yang aku pijak seakan berguncang dengan hebat, dan aku tak sadar dengan apa yang aku lakukan, pandangan mataku kosong, aku tersenyum dan kadang menangis dalam satu waktu, semua mata yang memandangku mengundang amarah didadaku, terkadang berteriak histeris, dan terkadang terbahak.
Berjalan tanpa tujuan, tak peduli dengan tubuh yang dekil dan kumal terbakar terik mentari, jiwaku telah pergi bersama cinta Ben yang terkubur dengan jasadnya. Yang ada bukan lagi Sonia yang cantik, yang jadi primadona panggung, Sonia yang sekarang hanya lah jiwa kosong yang tak lagi sanggup menggunakan akalnya.
Kadang bernyanyi dan menari sepanjang jalan, kadang menyenandungkan syair-syair tentang kerinduan, terkadang menangis dan mengumpat paada siapapun yang lewat didepannya. Sonia penari malam yang hancur bersama kisah cintanya.
Keindahan yang terukir karenanya telah sirna ditelan kejamnya dunia, sang pecinta yang dipujanya telah pergi dan meluluhlantahkan karang pertahanan yang memberi iya semangat untuk kembali menapakan kaki diatas dunia.
Gadis jelita itu kini telah menjadi sampah bagi masyarakat, menjadi kotoran yang tercecer di sepanjang jalanan pantai kuta.
Kisah cinta abadi yang disimpan didalam hatinya selamanya, hingga pada suatu masa raga yang tak lagi mempunyai nyawa terkapar bersama onggokan sampah jalanan. Kejamnya dunia padanya, kejamnya cinta memperlakukannya. Gadis yang malang.
THE END
oleh: Cerpen Hatiku
Suasana Kuta hari ini tak seramai biasanya, entahlah mungkin karena ada konser musik di alun-alun kota.
Sedang asyik dengan gitar dan musik hatiku, aku dikejutkan dengan suara seorang lelaki asing yang menyapaku..
“Hi, how do you do?, may I join you?” ucap pria ganteng berkulit putih itu.
“Hi, Sure..” jawabku sambil tersenyum kearahnya.
“It was a wonderfull evening that I can spend with a sweet girl like you” Ucap pria itu setengah menggoda ku.
Aku hanya tersenyum ke arahnya dan kembali menghanyutkan diri dengan alunan gitarku, lagu milik m2m “The Day You Went Away” telah slesai ku mainkan. Yahhh mungkin aku gak akan lupa hari itu, hari dimana pacar ku “Ben” mutusin aku di salah satu pojok pantai Kuta ini.
“Ahhh… semua tlah berlalu, dia tlah pergi dari hidupku dan takan mungkin kembali lagi” Aku bergumam dalam hati, dan menarik nafas berat.
Hari beranjak malam, aku berdiri dari duduk ku dan berpamitan pada pria itu..
“I have to go home now, thank’s for join me” aku berkata sambil menoleh kearah nya..
“ohhh… so early, I still enjoying to listen your guitar” jawabnya dengan menatapku
“haha may be next time, ohhh Im Sonia, nice to meet you” ucapku sambil berlalu, sebelum dia memanggilku kembali.
“emmm wait, Sonia, Im Jack, I really wish to meet you again. Could you please call me if you have time. Here is my name card.” Jack memberikan kartu nama nya padaku.
“Thank’s, I’ll call you when I have time, bye.” Dan aku pun berlalu meninggalkan Jack yang masih duduk di tempatnya semula.
Bias sinar mentari yang mulai tenggelam meninggalkan rona merah di kaki langit, kegelapan mulai menyelimuti pantai yang aku tinggalkan, aku terus berjalan menelusuri jalan raya yang mulai ramai oleh pedagang jajan yang biasa beroperasi dimalam hari.
**************************
Malam ini aku ada pentas menari di Bali Resort Hotel, jam delapan tepat sopir hotel sudah menjemput aku dirumahku, aku keluar dengan mengenakan kaos oblong warna biru, dipadu dengan jeans warna biru kusam. Aku biarkan wajahku polos tanpa make up.
Jam 8.20 aku telah tiba diruang rias hotel, aku segera ganti bajuku dan merias wajahku dengan sentuhan warna-warna natural, aku tak suka kelihatan norak dengan warna menyolok. Malam ini ada tamu khusus dari Timor leste yang bertamu di hotel ini, dan aku harus tampil dengan baik.
Sesaat setelah lampu ruangan diredupkan, dan lampu sorot menyinari panggung yang berada diujung ruangan, aku dengan pakaian serba mini yang membalut tubuhku berjalan dengan tenang ketengah-tengah pentas, yahhh sudah ratusan kali aku menari disini, jadi tak ada rasa canggung dihatiku.
Musik mulai mengalun, dan aku mulai meliuk2 mengikuti iramanya, beberapa pria mabuk kadang ikut naik ke pentas dan menari bersamaku, kadang meraba tubuhku tanpa aku pedulikan. Semua mata tertuju padaku, dan terhanyut dalam irama musik dan liukan tubuhku, dipojok kanan ku lihat bos ku tersenyum puas dengan penampilanku.
Akhirnya tugasku slesai juga, aku kembali keruang rias untuk berganti pakaian, saat itu bosku menghampiriku.
“wow… great sonia, kamu hebat. Penampilan kamu hari ini sungguh memukau” ucap bos ku sambil merangkul pundak ku.
“That is my job. Hemmmm pasti ada maunya nich muji-muji” timpal ku
“Ha ha you selalu tau yang ku mau, kamu belum mau pulang kan? Ada yang ingin ketemu kamu malam ini… cowok ganteng, tajir lagi. Kamu gak bakal nyesel nia.”
“Okey, tapi aku pengen mandi dulu. Dimana aku harus ketemu dia?” Aku menyanggupi.
“Good girl. Di kamar 203, gak pakai lama yak? Daaahhhh” bos ku segera berlalu
Aku segera menuju kamar mandi untuk membersihkan badan ku dan kembali mengganti baju ku dan berhias seperlunya. Lalu aku segera berjalan ke kamar 203 yang dimaksud bos ku.
Seorang laki-laki muda membukakan pintu untuk ku, dan mempersilahkan aku untuk masuk.
“Nona Sonia? Silahkan masuk, bos saya sudah menunggu didalam.” Ucap nya ramah mempersilahkan aku masuk.
“Makasih…” Tanpa canggung aku masuk kedalam kamar dan duduk di sofa, menunggu orang yang dimaksud Boss ku.
Setelah kurang lebih 5 menit aku duduk, aku dikejutkan oleh suara laki-laki yang memanggil ku dengan suara yang teramat sangat aku kenal.
“Nia…” Suara itu bergetar memanggil ku.
Aku berdiri dari dudukku dan berpaling kearah asal suara itu. Dan aku tercengang melihat siapa yang memanggil namaku.
“Ben… is that you?” Tanya ku setengah tak percaya.
“Ya nia, ini aku… aku datang untuk mu” Ben perlahan menghampiriku, dan memelukku.
Kami saling berpelukan dan larut dalam tangisan, saling melepaskan segala gejolak rasa rindu didada.
“Kamu jahat ben, kenapa kamu tinggalkan aku sendiri, lihat apa yang terjadi padaku? Lihat, semua karena kamu..” Aku menangis sambil memukul-mukul dada Ben.
“Maafin aku Nia, aku tak ada maksud menyakitimu, semua demi kita juga, aku datang untuk membawa mu ke Timor, lalu kita menikah disana. Aku janji Nia.” Ben semakin erat memelukku.
Alunan musik lembut membuai dua jiwa yang dirundung rindu, semakin hanyut dalam pelukan malam yang pekat, semakin membara cinta didada kedua insan yang dimabuk asmara. Selimut putih yang jadi saksi kedua rindu yang tercurahkan.
****************************
Sinar mentari menerobos masuk lewat jendela kamar hotel, aku terbangun oleh sinarnya yang menyilaukan mata, Ben sudah tak ada lagi disisiku, aku bangun dan melihat sepucuk surat tergeletak dimeja, disebelahnya ada sebuah kotak perhiasan warna biru, dan sebuah hand phone, aku buka sampul surat itu dan mulai membaca bait demi bait tulisan tangan Ben.
“Dear Nia ku sayang…”
Nia, maafin aku, pagi ini aku buru-buru harus kembali ke Timor, ada tugas penting yang harus aku selesaikan, aku sudah menyuruh asisten ku untuk mempersiapkan keberangkatan mu untuk menyusul ku esok siang, tadi aku liat kamu tidur dengan pulasnya, so aku gak tega untuk membangunkan kamu.
Nia, aku cinta kamu, aku ingin suatu hari nanti kamu akan jadi pendamping dalam hidupku, oh ya.. dulu aku pernah berjanji padamu akan beliin kamu kalung berlian, aku sudah mampu membelinya untuk mu, sebagai tanda sayangku padamu. Dan hpnya aku dah isi dengan nomer khusus agar aku lebih mudah menghubungimu.
Sampai ketemu diTimor sayang, segera mandi dan pulang kerumahmu, lalu berkemas, masalah dengan bos mu sudah aku selesaikan. See you hunny.
“Ben”
Aku melipat kembali surat itu dengan hati berbunga-bunga, dan segera mandi lalu bersiap hendak pulang kerumah.
Sebelum sempat aku beranjak, tiba-tiba bel kamar berbunyi, aku segera membuka pintu. Dan aku terkejut saat aku buka pintu ternyata yang dating adalah Jack, pria asing yang bertemu dipantai waktu itu.
“Sonia, you still ingat aku? Tanya jack.
“Ya, aku ingat, kamu yang waktu itu jumpa dengan ku di pantai Kuta bukan?”
“Betul, nia… sebenarnya waktu itu memang Ben yang menyuruhku mencari informasi tentang keberadaanmu. Dia sudah hampir putus asa mencarimu.” Jack terdiam sebelum akhirnya melanjutkan ucapan nya.
“Nia, kamu harus tabah, kalau aku katakana yang sebenarnya terjadi pada Ben, emmmmm.. “
“Ben kenapa?” Aku tak sabar menunggu Jack melanjutkan ucapannya.
“Pesawat pribadi yang ditumpangi Ben tadi pagi meledak Nia dan tak ada satupun penumpang yang terselamatkan termasuk Ben.” Ucapan terakhir Jack serasa bagai petir yang menyambar tubuhku.
Tiba-tiba aku rasakan bumi menjadi gelap, lantai yang aku pijak seakan berguncang dengan hebat, dan aku tak sadar dengan apa yang aku lakukan, pandangan mataku kosong, aku tersenyum dan kadang menangis dalam satu waktu, semua mata yang memandangku mengundang amarah didadaku, terkadang berteriak histeris, dan terkadang terbahak.
Berjalan tanpa tujuan, tak peduli dengan tubuh yang dekil dan kumal terbakar terik mentari, jiwaku telah pergi bersama cinta Ben yang terkubur dengan jasadnya. Yang ada bukan lagi Sonia yang cantik, yang jadi primadona panggung, Sonia yang sekarang hanya lah jiwa kosong yang tak lagi sanggup menggunakan akalnya.
Kadang bernyanyi dan menari sepanjang jalan, kadang menyenandungkan syair-syair tentang kerinduan, terkadang menangis dan mengumpat paada siapapun yang lewat didepannya. Sonia penari malam yang hancur bersama kisah cintanya.
Keindahan yang terukir karenanya telah sirna ditelan kejamnya dunia, sang pecinta yang dipujanya telah pergi dan meluluhlantahkan karang pertahanan yang memberi iya semangat untuk kembali menapakan kaki diatas dunia.
Gadis jelita itu kini telah menjadi sampah bagi masyarakat, menjadi kotoran yang tercecer di sepanjang jalanan pantai kuta.
Kisah cinta abadi yang disimpan didalam hatinya selamanya, hingga pada suatu masa raga yang tak lagi mempunyai nyawa terkapar bersama onggokan sampah jalanan. Kejamnya dunia padanya, kejamnya cinta memperlakukannya. Gadis yang malang.
THE END
oleh: Cerpen Hatiku
Tidak ada komentar:
Posting Komentar