Sally tercengang di depan pintu kamar mandi, wajahnya mendadak pucat dan kelihatan bingung.
“Ohh… Tuhan kenapa jadi begini? Bagai mana aku bilang ke Farhan bahwa aku hamil. arrrrrrrrrrgggggggghhhh” Sally merintih dalam hati. Lalu membanting pintu kamar mandi dan segera berlalu kekamarnya.
”Apapun yang terjadi aku harus memberi tahu Farhan, bayi ini juga anak dia.” Sally segera mengganti bajunya dan meluncur dengan mobilnya menuju rumah Farhan.
Sesampainya dirumah Farhan Sally segera memarkir mobilnya dan turun, Rina adik Farhan sedang asyik membaca majalah dikursi santai didepan rumahnya.
”Pagi Rin, abangmu ada?” Sapa Sally sambil mengelus kepala Rina.
”Pagi Mbak, Abang dah keluar dari kemarin sore, dia bilang minggu depan baru kembali, emangnya abang gak pamitan ama mbak yah?” jawab RIna sambil menggeser kursi untuk Sally.
”enggak, emang Farhan kemana Rin?” Tanya Sally sambil menjatuhkan pantatnya disebelah Rina.
”Katanya sih mau ke Jogja nyari cewek pujaannya, itu tuh cewek alim yang namanya Aisyah, kemarin Rina sempat baca buku harian Abang, rupanya dia masih mengharap dengan mbak Aisyah.” Rina menjawab dengan mata yang masih asyik melihat lihat majalahnya.
Sally tersentak mendengar ucapan Rina, ada berjuta rasa cemburu yang berkecamuk didadanya. Perlahan matanya berkaca-kaca dan sebelum Rani menyadarinya dia segera berpamitan.
”Ran mbak pulang dulu yak? Kamu baik-baik dirumah. Kalau Farhan pulang suruh dia hubungi aku ya? Penting.” Sebelum Rani sempat menjawab Sally segera berlari menuju mobilnya.
Dia tak segera pulang ke rumah tapi menuju tepi pantai dan menangis disana meluapkan kekecewaan didadanya. Suara deburan ombak dan pekikan burung-burung camar menjadi musik pengiring tangisannya.
****
Sementara itu, Farhan sudah berada di pondok pesantren Al-Furqon milik kakek Aisyah “Kiyai Soleh”.. karena pengasuh pondok itu sedang mengisi Tausiyah di Mushala pesantren maka Farhan dipersilahkan untuk menunggu dipendopo Pesantren. Setelah menunggu kurang lebih dua jam akhirnya kiyai Soleh datang menemui Farhan.
”Assalamu’alaikum anak muda, ada perlu apa kiranya anak muda ini menemui saya?” Tanya Pak kiyai setelah beliau duduk didepan Farhan.
”wa’alaikumsallam pak, saya Farhan, saya datang kesini ingin menemui salah seorang santriwati yang sedang nyantri disini.” Jawab farhan agak ragu.
”ohhh… begitu, trus apa hubungan sampean dengan santriwati tersebut?” Tanya pak Kiayi menyelidik.
”emmmmm anu pak, cuman kawan” Jawab Farhan disambut senyum pak kiayi.
”Anak muda, sampean tau gak apa hukumnya seorang laki-laki berduaan dengan seorang perempuan yang bukan mukhrim?”
farhan hanya diam tanpa berani menatap mata pak kiayi.
”Jadi maaf saya tidak bisa mengijinkan sampeyan bertemu dgn santriwati saya, siapapun dia.” Lanjut pak kiayi.
”Tapi pak, ini penting sekali pak.. “ Desak Farhan.
”Sekali lagi maaf, ini peraturan pesantren, tak ada yang berhak menemui santri kami kecuali Makhramnya. Maaf, saya harus segera mengajar. Nak Farhan kalau masih ingin istirahat disini nanti saya suruh lurah pondok menyediakan tempat di asrama putra.”
”Tidak pak terimakasih, saya pamit saja. Assalamu’alaikum.” Farhan berdiri dan segera keluar dari pendopo pesantren.
Setibanya dihalaman pesantren tiba-tiba matanya tertuju pada sosok yang sangat dia kenal sosok yang selama ini dia rindukan, yahhh Aisyah dia sedang asyik menyiram bunga yang tumbuh dihalaman pesantren.
”Aisyah… aku datang mencarimu.”Ucap Farhan sambil mendekat kearah Aisyah.
”Assalamu’alaikum… mas Farhan, kenapa ada disini.” Tanya Aisyah agak terkejut.
”Aku sengaja datang mencarimu sah… kenapa kamu gak memberi tahu ku saat kau pergi? Kamu tahu malam itu aku datang kerumahmu dan akhirnya kecewa.” Farhan berkata sambil menatap Aisyah lekat-lekat.
”Sebaiknya mas pergi dulu, besok saya berangkat kuliah, kalau mas masih ada yang perlu di omongin tunggu saya jam 11 di warung bakso dekat lapangan. Assalamu’alaikum.” Setelah berkata seperti itu Aisyah segera berlalu ke dalam asrama, meninggalkan Farhan dengan sejuta rasa yang berkecamuk di dadanya.
*****
Suara riuh kicauan burung mengusik tidurku pagi ini, matahari sedikit demi sedikit menampakan wajahnya diufuk timur, Deni masih tertidur dengan memeluk gulingnya, aku bangun dan segera menuju kamar mandi untuk mandi.
”Wahhh… seumur hidup aku baru pertama liat kamu mandi pagi han.” Oceh Deni saat aku kembali masuk kedalam kamar.
“Sembarangan, emangnya elu Den. Jorok.” Jawabku sambil menatap pantulan wajahku didalam cermin.
”Elo beruntung banget Den punya temen seganteng gua hahaha.”
“Nenek kamu tuh ganteng.” Sahut Deni sambil melempar bantal gulingnya kearahku.
Deni adalah temanku sedari kecil, dia sudah menetap dan bekerja di jogja sejak beberapa tahun yang lalu.
Setelah merapikan sedikit penampilanku aku segera keluar menuju tempat yang dijanjikan Aisyah.
“hemm, baru jam 10 pagi, aku masih punya waktu 1jam menunggu Aisyah.” Kata ku dalam hati sesampainya di depan warung bakso yang dimaksud oleh Aisyah.
Sebuah warung kecil sederhana, penjualnya seorang perempuan berjilbab setengah baya yang ramah. Aku memesan segelas es the manis untuk menemaniku duduk.
“Bu, boleh numpang duduk sebentar gak? Saya lagi nunggu temen nich!” kata ku pada pemilik warung saat dia tengah menghidangkan the manis dimejaku.
”Boleh-boleh saja den, kebetulan jam-jam segini warung emang sepi.” Jawab nya ramah.
“makasih bu..” aku segera menyambar es the yang sudah terhidang dihadapan ku.
Baru beberapa teguk aku meminum minumanku, Aisyah sudah muncul didepan pintu warung. Dia tersenyum kearahku lalu mengambil tempat duduk didepanku.
“Assalamu’alaikum, maaf mas dah menunggu lama yak?” Tanya nya dengan nafas sedikit ter engah.
“Ngak kok baru beberapa menit aku sampai, liat nih minumannya juga belum habis..” Jawabku sambil mengangkat gelas minumanku. Lalu aku pun memesan dua mangkok bakso dan segelas es jeruk untuk Aisyah.
”oh ya mas, kenapa mas Farhan ada disini?” Tanya Aisyah sambil mengaduk minumannya, lalumeneguknya.
”Aku sengaja datang mencarimu Syah, Aisyah aku.. aku… aku suka ma kamu.” Aisyah tersedak mendengar ucapanku. Dia hanya tertunduk dan diam.
“Syah, kamu gak perlu menjawabnya sekarang, aku takan mendesakmu, aku hanya ingin kamu tahu, itu saja.” Aku melanjutkan ucapanku.
“Mas, mas tahu kan aku tinggal dipesantren sekarang, dan tak dibenarkan untuk berpacaran disana? Kami hanya akan menurut pada peraturan guru dan orang tua kami, maaf mas, sebaiknya mas lupakan saja saya, masih banyak gadis lain yang jauh lebih sempurna dari saya. Assalamu’alaikum.” Setelah berkata seperti itu Aisyah segera berdiri dan berjalan tergesa meninggalkan aku yang hancur bersama harapan ku untuk bisa mendapatkan dia.
-------- Tamat ------------
“Ohh… Tuhan kenapa jadi begini? Bagai mana aku bilang ke Farhan bahwa aku hamil. arrrrrrrrrrgggggggghhhh” Sally merintih dalam hati. Lalu membanting pintu kamar mandi dan segera berlalu kekamarnya.
”Apapun yang terjadi aku harus memberi tahu Farhan, bayi ini juga anak dia.” Sally segera mengganti bajunya dan meluncur dengan mobilnya menuju rumah Farhan.
Sesampainya dirumah Farhan Sally segera memarkir mobilnya dan turun, Rina adik Farhan sedang asyik membaca majalah dikursi santai didepan rumahnya.
”Pagi Rin, abangmu ada?” Sapa Sally sambil mengelus kepala Rina.
”Pagi Mbak, Abang dah keluar dari kemarin sore, dia bilang minggu depan baru kembali, emangnya abang gak pamitan ama mbak yah?” jawab RIna sambil menggeser kursi untuk Sally.
”enggak, emang Farhan kemana Rin?” Tanya Sally sambil menjatuhkan pantatnya disebelah Rina.
”Katanya sih mau ke Jogja nyari cewek pujaannya, itu tuh cewek alim yang namanya Aisyah, kemarin Rina sempat baca buku harian Abang, rupanya dia masih mengharap dengan mbak Aisyah.” Rina menjawab dengan mata yang masih asyik melihat lihat majalahnya.
Sally tersentak mendengar ucapan Rina, ada berjuta rasa cemburu yang berkecamuk didadanya. Perlahan matanya berkaca-kaca dan sebelum Rani menyadarinya dia segera berpamitan.
”Ran mbak pulang dulu yak? Kamu baik-baik dirumah. Kalau Farhan pulang suruh dia hubungi aku ya? Penting.” Sebelum Rani sempat menjawab Sally segera berlari menuju mobilnya.
Dia tak segera pulang ke rumah tapi menuju tepi pantai dan menangis disana meluapkan kekecewaan didadanya. Suara deburan ombak dan pekikan burung-burung camar menjadi musik pengiring tangisannya.
****
Sementara itu, Farhan sudah berada di pondok pesantren Al-Furqon milik kakek Aisyah “Kiyai Soleh”.. karena pengasuh pondok itu sedang mengisi Tausiyah di Mushala pesantren maka Farhan dipersilahkan untuk menunggu dipendopo Pesantren. Setelah menunggu kurang lebih dua jam akhirnya kiyai Soleh datang menemui Farhan.
”Assalamu’alaikum anak muda, ada perlu apa kiranya anak muda ini menemui saya?” Tanya Pak kiyai setelah beliau duduk didepan Farhan.
”wa’alaikumsallam pak, saya Farhan, saya datang kesini ingin menemui salah seorang santriwati yang sedang nyantri disini.” Jawab farhan agak ragu.
”ohhh… begitu, trus apa hubungan sampean dengan santriwati tersebut?” Tanya pak Kiayi menyelidik.
”emmmmm anu pak, cuman kawan” Jawab Farhan disambut senyum pak kiayi.
”Anak muda, sampean tau gak apa hukumnya seorang laki-laki berduaan dengan seorang perempuan yang bukan mukhrim?”
farhan hanya diam tanpa berani menatap mata pak kiayi.
”Jadi maaf saya tidak bisa mengijinkan sampeyan bertemu dgn santriwati saya, siapapun dia.” Lanjut pak kiayi.
”Tapi pak, ini penting sekali pak.. “ Desak Farhan.
”Sekali lagi maaf, ini peraturan pesantren, tak ada yang berhak menemui santri kami kecuali Makhramnya. Maaf, saya harus segera mengajar. Nak Farhan kalau masih ingin istirahat disini nanti saya suruh lurah pondok menyediakan tempat di asrama putra.”
”Tidak pak terimakasih, saya pamit saja. Assalamu’alaikum.” Farhan berdiri dan segera keluar dari pendopo pesantren.
Setibanya dihalaman pesantren tiba-tiba matanya tertuju pada sosok yang sangat dia kenal sosok yang selama ini dia rindukan, yahhh Aisyah dia sedang asyik menyiram bunga yang tumbuh dihalaman pesantren.
”Aisyah… aku datang mencarimu.”Ucap Farhan sambil mendekat kearah Aisyah.
”Assalamu’alaikum… mas Farhan, kenapa ada disini.” Tanya Aisyah agak terkejut.
”Aku sengaja datang mencarimu sah… kenapa kamu gak memberi tahu ku saat kau pergi? Kamu tahu malam itu aku datang kerumahmu dan akhirnya kecewa.” Farhan berkata sambil menatap Aisyah lekat-lekat.
”Sebaiknya mas pergi dulu, besok saya berangkat kuliah, kalau mas masih ada yang perlu di omongin tunggu saya jam 11 di warung bakso dekat lapangan. Assalamu’alaikum.” Setelah berkata seperti itu Aisyah segera berlalu ke dalam asrama, meninggalkan Farhan dengan sejuta rasa yang berkecamuk di dadanya.
*****
Suara riuh kicauan burung mengusik tidurku pagi ini, matahari sedikit demi sedikit menampakan wajahnya diufuk timur, Deni masih tertidur dengan memeluk gulingnya, aku bangun dan segera menuju kamar mandi untuk mandi.
”Wahhh… seumur hidup aku baru pertama liat kamu mandi pagi han.” Oceh Deni saat aku kembali masuk kedalam kamar.
“Sembarangan, emangnya elu Den. Jorok.” Jawabku sambil menatap pantulan wajahku didalam cermin.
”Elo beruntung banget Den punya temen seganteng gua hahaha.”
“Nenek kamu tuh ganteng.” Sahut Deni sambil melempar bantal gulingnya kearahku.
Deni adalah temanku sedari kecil, dia sudah menetap dan bekerja di jogja sejak beberapa tahun yang lalu.
Setelah merapikan sedikit penampilanku aku segera keluar menuju tempat yang dijanjikan Aisyah.
“hemm, baru jam 10 pagi, aku masih punya waktu 1jam menunggu Aisyah.” Kata ku dalam hati sesampainya di depan warung bakso yang dimaksud oleh Aisyah.
Sebuah warung kecil sederhana, penjualnya seorang perempuan berjilbab setengah baya yang ramah. Aku memesan segelas es the manis untuk menemaniku duduk.
“Bu, boleh numpang duduk sebentar gak? Saya lagi nunggu temen nich!” kata ku pada pemilik warung saat dia tengah menghidangkan the manis dimejaku.
”Boleh-boleh saja den, kebetulan jam-jam segini warung emang sepi.” Jawab nya ramah.
“makasih bu..” aku segera menyambar es the yang sudah terhidang dihadapan ku.
Baru beberapa teguk aku meminum minumanku, Aisyah sudah muncul didepan pintu warung. Dia tersenyum kearahku lalu mengambil tempat duduk didepanku.
“Assalamu’alaikum, maaf mas dah menunggu lama yak?” Tanya nya dengan nafas sedikit ter engah.
“Ngak kok baru beberapa menit aku sampai, liat nih minumannya juga belum habis..” Jawabku sambil mengangkat gelas minumanku. Lalu aku pun memesan dua mangkok bakso dan segelas es jeruk untuk Aisyah.
”oh ya mas, kenapa mas Farhan ada disini?” Tanya Aisyah sambil mengaduk minumannya, lalumeneguknya.
”Aku sengaja datang mencarimu Syah, Aisyah aku.. aku… aku suka ma kamu.” Aisyah tersedak mendengar ucapanku. Dia hanya tertunduk dan diam.
“Syah, kamu gak perlu menjawabnya sekarang, aku takan mendesakmu, aku hanya ingin kamu tahu, itu saja.” Aku melanjutkan ucapanku.
“Mas, mas tahu kan aku tinggal dipesantren sekarang, dan tak dibenarkan untuk berpacaran disana? Kami hanya akan menurut pada peraturan guru dan orang tua kami, maaf mas, sebaiknya mas lupakan saja saya, masih banyak gadis lain yang jauh lebih sempurna dari saya. Assalamu’alaikum.” Setelah berkata seperti itu Aisyah segera berdiri dan berjalan tergesa meninggalkan aku yang hancur bersama harapan ku untuk bisa mendapatkan dia.
-------- Tamat ------------
Tidak ada komentar:
Posting Komentar